INHIL - Ternyata Bonita sudah sangat mendunia. Hal itu diungkapkan Kepala BBKSDA Riau Suharyono, dalam pertemuan penanganan konflik harimau dengan warga, di Aula Kantor PT THIP Simpang Kanan Desa Tanjung Simpang Kecamatan Pelangiran Kabupaten Indragiri Hilir, Rabu, 14/3/2018.
Pertemuan yang digagas oleh Kapolres Indragiri Hilir AKBP. Christian Rony, S.I.K., M.H., tersebut juga dihadiri oleh PJS. Bupati Indragiri Hilir H. Rudyanto, S.H., M.Si. dan unsur Forkompimda Indragiri Hilir lainnya. Hadir juga pegiat konservasi lingkungan seperti WWF.
Suharyono membeberkan bahwa perilaku Bonita itu sudah dipantau sejak tahun 2017. Perilaku Bonita dinilai sudah menyimpang, berbeda dengan perilaku harimau pada umumnya. Proses evakuasi saat ini, sudah masuk pada tahap ketiga.
Tahap pertama hanya dengan box trap dan umpan. Tahap kedua umpan sudah ditambah dengan obat bius yang dipasang pada umpan. "Kedua tahap ini belum memberikan hasil yang signifikan. Sedangkan pada tahap ketiga, tim akan dilengkapi dengan peluru tajam untuk melumpuhkan," terang Suhryono.
Mengapa harus tetap dilumpuhkan. Itu bukan berarti BKSDA lebih mengutamakan harimau dan mengenyampingkan warga. Hal itu dilakukan karena individu atau Bonita, akan diobservasi. Perilaku menyimpang seperti Bonita, ternyata juga dijumpai di daerah konflik harimau lainnya. Perilaku yang umum adalah harimau takut dengan manusia dan selalu beraktifitas di malam hari. Pada Bonita hal tersebut adalah kebalikannya.
Diakhir pertemuan, forum menyepakati usulan Kapolres, untuk membentuk Posko Siaga, yang dilengkapi dengan penembak jitu. (sya)