Kelurahan Tagaraja mencatat penurunan prevalensi stunting pada tahun 2024. Data menunjukkan angka prevalensi balita stunting turun dari 2,2% pada 2023 menjadi 1,6% pada 2024. Penurunan ini merupakan hasil dari berbagai intervensi pemerintah yang fokus pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Langkah-langkah yang diambil meliputi pemberian tablet tambah darah (TTD) pada ibu hamil, sosialisasi ASI eksklusif, pemberian makanan pada bayi dan anak (PMBA), serta penyediaan vitamin A.
Faktor penyebab stunting di Kelurahan Tagaraja bervariasi, mulai dari kurangnya akses makanan bergizi hingga rendahnya kualitas sanitasi dan air bersih. Pemerintah telah berupaya menangani masalah ini melalui berbagai program, termasuk pemantauan tumbuh kembang balita, penyuluhan kesehatan reproduksi, dan penyediaan air bersih.
Dinas Kesehatan juga melakukan monitoring terkait pola konsumsi ibu hamil dan perilaku hidup bersih. Meskipun banyak intervensi yang telah dilakukan, perilaku kunci rumah tangga masih memerlukan perhatian, seperti pola asuh ibu yang masih membutuhkan pembinaan.
Kelompok berisiko seperti remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, dan balita terus menjadi fokus intervensi untuk mencegah stunting di masa depan. Upaya ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mengurangi prevalensi stunting di wilayah tersebut.